Senin, 24 Oktober 2016

RUMAH TEMPE HIGIENIS KAB. GROBOGAN



Lokasinya berada di tepi jalan raya Purwodadi – Solo kilometer tiga. RKG dilengkapi pusat pembenihan, rumah tempe higienis, tempat pelatihan agribisnis kedelai, tempat mempromosikan hasil industri kecil dan desa resto yang mengusung konsep alam pedesaan dengan menu pokok dari bahan baku tempe/kedelai serta makanan khas Purwodadi.
Di sekeliling RKG, ditumbuhi sejumlah pohon rindang, puluhan aneka tanaman dalam pot-pot besar,  aneka jenis tanaman hidroponik dan di halaman belakang dijumpai tanaman kedelai dari aneka jenis varietas unggul yang ditanam rata-rata pertengahan Oktober 2015. Ditambah fasilitas  tempat bermain anak-anak serta  wifi gratis.
Di meja tamu ruangan rumah tempe higienis terpampang dua bungkus plastik tembus pandang berisi  kedelai impor dan kedelai varietas Grobogan. Di lemari kaca tersimpan aneka jenis kedelai kering dari berbagai varietas lengkap dengan deskripsinya. Termasuk peta sentra tanaman kedelai di Indonesia maupun papan nama pola tanam kedelai di Kabupaten Grobogan. Di teras rumah tempe higienis itu juga nampak sejumlah pot-pot berisi tanaman kedelai yang tumbuh subur.
Menurut Kepala Dinas Pertanian dan TPH Grobogan, Edhie Sudaryanto, kedelai Grobogan lebih unggul ketimbang produk impor. Sebab,  kandungan proteinnya  menempati urutan pertama dari varietas lain termasuk kedelai impor. Karena itu soal cita rasa, tempe yang berbahan baku kedelai Grobogan sangat nikmat. ”Jangan mengaku orang Grobogan jika  belum makan tempe higienis produksi RKG,” ujarnya.
Selain  tempe, kedelai Grobogan tersebut juga telah dimodifikasi sedemikian rupa, sehingga menghasilkan puluhan produk makanan yang dikembangkan sejumlah kelompok usaha bersama (KUB). Di antaranya kue donat rasa tempe yang diproduksi KUB Dukuh Glonggong, Desa Krangganharjo.
Hasil olahan produk makanan berbahan utama kedelai Grobogan, juga menarik perhatian puluhan anggota kelompok wanita tani  Kecamatan Kalibagor, Kabupaten Banyumas yang mengunjungi RKG beberapa waktu lalu. Rombongan yang dipimpin Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan dan SDM Kabupaten Banyumas, Wisnu Hermawanto dan Kepala Bidang UKM Disperindagkop,  Roshani Undati.










Menurut Wisnu, di Banyumas sebagian besar usaha tani kedelai benihnya menggunakan varietas Grobogan. Sayangnya, hasilnya belum diolah menjadi aneka jenis produk makanan seperti di Grobogan. ”Jelas lebih maju dan penuh kreativitas, sehingga anggota kelompok wanita  tani kami ajak ke sini supaya menimba pengalaman dan muncul semangat meniru program yang ada dikembangkan di RKG,” ujarnya.
Non GMO
Varietas unggul kedelai Grobogan telah bersertifikat pada Maret 2008. Kedelai ini bukan hasil rekayasa genetik atau non GMO. Berbeda dengan kedelai impor yang merupakan hasil rekayasa genetik.
Varietas kedelai Grobogan umur bunganya sekitar 30-32 hari, umur polong masak 76 hari, tinggi tanaman 50-60 centimeter, potensi hasil 3,40 ton/hektar, kandungan protein  43,9 persen, kandungan lemak 18,4 persen dan bobot per 100 biji  adalah 18 gram. Khusus yang ditanam di Grobogan, umumnya menggunakan pupuk urea 50 kilogram, atau pupuk NPK 100 kilogram ditambah pupuk organik 500 kilogram. Sedang di daerah lain disesuaikan dengan kondisi tanah masing-masing.
Berdasarkan data, produksi kedelai di Kabupaten Grobogan mencapai 65.756 ton. Produksi tersebut memberi kontribusi 43,14% terhadap total produksi kedelai Jawa Tengah. Sedangkan di tingkat nasional kontribusinya 7,2%. “Dalam beberapa tahun terakhir  produksi kedelai di Grobogan sudah berkisar 40-60 ribu ton per tahun dan produksi per hektar rata-rata sudah mencapai 2,2 ton/hektar,” kata Edhie. Suprapto/Yul
untuk pemesanan bisa datang langsung ke alamat rumah produksi tempe higienis